Sempat booming di Amrik: ‘The Great Resignation’. Jutaan orang resign massal pasca-pandemi. Mereka capek, burnout, dan mau ‘nyari makna hidup’ (halah!). Pertanyaannya: di Indonesia gitu juga gak, sih?
Jawabannya: “Iya, tapi beda!” Di RI, kita nggak bisa resign ‘nekat’ kayak bule. Takut nggak bisa bayar cicilan! Tapiii, ada fenomena ‘Great Reshuffle’ (Pindah Massal).
Bukan ‘Resign’, Tapi ‘Pindah Kapal’!
Profesional muda kita nggak resign buat ‘healing’. Kita resign buat ‘cuan’ lebih gede di tempat lain! Booming startup digital dan ‘perang talenta’ bikin value kita (yang skilled) jadi mahal. Kenapa stay di kantor toxic kalau sebelah nawarin 2x lipat?
Jadi, ‘Great Resignation’ di RI itu bukan mitos, tapi wujudnya ‘pindah kapal’ demi karir & gaji lebih baik. Ini warning buat bos/HRD: kalau gak bisa ‘jaga’ talent-nya, siap-siap aja ditinggal. Loyalitas zaman now itu ‘dua arah’, Bos!
Intisari:
- Fenomena ‘Great Resignation’ (resign massal) di AS booming pasca-pandemi.
- Di Indonesia, fenomena ini bukan ‘resign tanpa tujuan’, tapi ‘Great Reshuffle’ (pindah kerja).
- Pemicu utamanya adalah ‘perang talenta’ di industri digital yang menawarkan gaji lebih tinggi.
- Loyalitas karyawan kini ‘dua arah’: perusahaan harus worth it untuk dipertahankan.

