Seiring pertumbuhan pesat ekonomi digital Indonesia, kebutuhan akan Pusat Data (Data Center) yang masif terus meningkat. Namun, operasional data center membutuhkan energi yang sangat besar, terutama untuk sistem pendinginan, yang menimbulkan tantangan serius dalam mencapai tujuan “hijau” dan ramah lingkungan.
Tantangan di Indonesia semakin besar karena iklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi. Kondisi ini menuntut sistem pendinginan yang lebih intensif dan, oleh karena itu, konsumsi energi yang lebih besar dibandingkan dengan data center di negara beriklim dingin.
Solusi inovatif sedang dikembangkan, termasuk penggunaan AI untuk mengoptimalkan manajemen suhu dan liquid cooling (pendinginan menggunakan cairan) yang jauh lebih efisien daripada pendinginan udara konvensional. Selain itu, data center didorong untuk menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya atau panas bumi.
Pemerintah dan industri perlu menetapkan standar efisiensi energi (Power Usage Effectiveness – PUE) yang ketat dan memberikan insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi pendinginan canggih dan infrastruktur hijau. Data Center hijau adalah kunci untuk mendukung digitalisasi tanpa mengorbankan komitmen iklim.
Intisari: Pertumbuhan data center di iklim tropis Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai efisiensi energi dan ramah lingkungan, khususnya pada sistem pendinginan. Solusinya terletak pada penerapan teknologi seperti liquid cooling, optimasi berbasis AI, dan transisi ke sumber energi terbarukan.

